Skenario AS Menguasai Indonesia & Dunia

mozvid.blogspot.com - Amerika Serikat sebagai negara super power yg makmur, sejahtera & dominan secara global amat membanggakan & dinikmati warganya. Gaya hidup mewah warga AS, kalo dicontoh semua warga dunia, dibutuhkan 5 bumi untk memenuhi kebutuhan, kalau gaya hidup orang Eropa butuh 3 bumi. Gaya hidup mewah, jadi bangsa superior dan kiblat dunia tentu menyenangkan dan ingin terus mereka pertahankan bahkan kembangkan. Untuk itu mereka butuh sumber daya ekonomi kuat, dgn produk industri yg laku, perusahaan-perusahaan yg kuasai dunia, agar bisa biayai kebutuhan mereka.

Mereka pun ciptakan sistem global yg untungkan Barat, AS. Berbagai lembaga & aturan global dibuat untk menata dunia demi kepentingan mereka. Bahkan untk menguasai beberapa negara, tak terkecuali Indonesia yg terkenal kaya SDA, AS pun siapkan skenario-skenario. Skenario neokolonialisme itu dilakukan dgn berbagai cara lewat agen-agennya, baik dgn cara halus maupun keras. Skenario halus adlh dgn bangun sistem ekonomi dan politik yg ciptakan ketergantungan ke AS.

Skenario halus untk kuasai negara lain jg mereka lakukan dgn dorong cara berpikir yg untungkan Barat trutama AS, lewat intelektual dan aktivis. Intelektual dan aktivis merupakan sasaran utama sosiological propaganda lewat pendidikan, hingga aktivitas funding LSM Internasional. Indirect scenario ini, dilandasi reasoning kebenaran akademik sebagai titik masuk paling potensial untk menerapkan konsep-konsep mereka. Mental Inlander pengagum Barat, jadi mudah dibentuk mindsetnya, kemudian berpengaruh pd sistem ekonomi, politik, hukum dll.

Upaya bangun sistem dgn skenario yg lebih langsung dilakukan lewat bantuan hutang, lewat lembaga donor IMF & WB. WB & IMF salurkan bantuan bukan tanpa syarat, tapi degan berbagai aturan yg harus diterapkan, isinya untk ciptakan kondisi ketergantungan. Skenario lain lewat program hibah WB, yg libatkan ahli asing dgn gandeng tenaga lokal, proyeknya dari perguruan tinggi sampai desa-desa. Dibuat pula program advokasi pembuatan UU, pion-pion & agen-agen AS lakukan lobi-lobi ke DPR dan Pemerintah, golkan konsepnya. Arahnya buat payung hukum, privatisasi sektor-sektor ekonomi strategis, seperti pertambangan hingga penyiaran. Akademisi dan LSM jadi agennya.

Akademisi dan LSM jadi ujung tombak membangun sistem yg comply dgn AS. Mereka sering tak sadar karena telah "digarap" cara berpikirnya. Polanya adlh buat riset, program pendampingan, pelatihan, workshop dll. semua sebagai upaya ciptakan fondasi sistem yg comply. Kenapa harus dibuat sistem yg mirip dgn mereka? Karena kalau sistem comply, mzkz menjadi mudah bagi AS untk ambil kesempatan & keuntungan. Perusahaan-perusahaan mereka jadi leluasa untk kuasai semua sektor. Dengan liberalisasi ekonomi perusahan besar jadi terbuka untk dibeli lewat pasar modal. Sektor tambang, Perbankan, Pariwisata, pabrik obat, hingga mini market mereka masuki.

Contoh makin kuatnya cengekeraman mereka. Media massa dirangkul, termasuk diundang ke AS, international fellow, hingga bantuan hibah & kerjasama dgn VOA. Komplit sudah sosiological propaganda yg mereka lakukan. tak heran banyak negara SDA nya kaya, tapi tambang-tambangnya dikuasai Barat terutama AS. Diprediksi, 5 tahun kedepan indonesia akan digelontor isu-isu minoritas, baik kelompok agama, komunitas tertentu, hingga orientasi seksual. Donor-donor asing sudah mulai gerakkan dana ke isu-isu tersebut. Nanti Indonesia akan makin sibuk dgn isu-isu toleransi dan konflik-konflik minoritas. Fenomena kedepan: isu demokrasi, anti korupsi, tak lagi jadi fokus pendanaan. Mereka akan arahkan untk isu-isu hak kebebasan beragama. Tujuannya untk provokasi kelompok-kelompok garis keras dgn liberal agar terjadi konflik tentang isu mayoritas-minoritas.

Bangsa ni akan disibukkan konflik-konflik yg tak mendasar, sementara mereka mengeruk sektor-sektor ekonomi dan jasa strategis yg sudah diprivatisasi. Skenario model Arab Springs jg dilakukan untk beberapa negara yg sistemnya otoriter dan tak untungkan AS. AS tak selalu dukung negara demokratis lho. Semua tergantung kepentingan. Saudi, Kuwai dan negara-negara Teluk tak demokratis tapi didukung. India yg sejak lama demokratis justru kalah dukungannya dibanding untk Pakistan. Bagi AS tak ada sahabat sejati, yg ada kepentingan. Hasil pemilu 2014 munculkan kombinasi nasionalis religius akan tetap aman. AS tak terlalu terusik. Dulu yg jadi korban tekanan AS adlh mereka yg dituduh PKI, sekarang arahnya ke kelompok-kelompok Islam.

Konflik Ahmadiyah, konflik Sunni-Syah sudah berlangsung dan semakin panas. Selanjutnya adlh kelompok Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU. Skenario AS adlh memecah umat Islam indonesia sampai berkeping-keping. Seperti yg mereka lakukan terhadap negara-negara Teluk sebelumnya. Dengan keahlian dan pengalaman agen-agen mereka, "membunuh dari dalam" adlh salah satu strategi perang AS paling berhasil. Dan jika terjadi konflik bersenjata, AS lebih mudah masuk beri "bantuan" anti teror. Kalau perang berkobar, AS jg senang, karena APBN-nya jg akan naik lewat bisnis senjata, bisnis teknologi sistem keamanan dll. Intinya AS butuh keadaan di berbagai negara yg bisa memberi kesempatan bagi perusahaan AS itu berkiprah. Bisa lewat eksploitasi tambang, bisa bisnis kebudayaan, bisnis makanan dan gaya hidup, hingga bisnis senjata karena ada perang.

Perang tak selamanya buruk bagi AS, karena perang didalamnya ada bisnis besar, tak hanya, senjata tapi jg peralatan IT dll. Perang kadang diciptakan, termasuk perang saudara, karena lewat perang itulah AS bisa tancapkan pengaruhnya ke negara itu. Irak dan Afghanistan misalnya, sekarang pasca perang, jadi amat tergantung pd AS, minyaknya pun jadi bisnis perusahaan AS. Begitu pula yg terjadi di Libya, Tunisia, Mesir, bahkan Suriah pun jg tak lepas dari upaya AS masuk ke dalamnya & mengambil keuntungan. Jadi kita harus sadar, bahwa negara Asing, seperti AS itu selalu miliki kepentingan nasionalnya, termasuk ingin kuasai negara kita. Kita harus belajar dari mereka, tapi tetap kritis, jangan biarkan Indonesia dikuasai dan dijajah dgn cara apapun oleh negara manapun termasuk AS.

other source : http://hajingfai.blogspot.com, http://tempo.co, http://docstoc.com